Burung
kenari memang memiliki banyak ragam warna bulunya. Hal ini terkadang
menjadi salah satu pertimbangan harga burung kenari. Nah saat ini warna
burung yang banyak dicari dipasaran adalah warna merah. Burung kenari
warna merah yang dikenal dengan jenis Red Intensive atau Red Factor
ini saai melambung harganya. Hal ini membuat pedagang yang “nakal”
berusaha mengelabuhi para calon pembeli dengan kenari merah yang palsu
yaitu hasil sulapan. Hati-hati jika hendak membeli kenari dengan warna
merah. Berikut beberapa tips yang dapat anda jadikan pertimbangan ketika
membeli burung kenari merah.
1. Hati-hati dengan warna merah pada bulu kenari yang mencolok.
Biasanya kenari merah memiliki warna yang tidak tajam. Yaitu masih
terdapat warna bulu putih yang halus pada bulu bagian dalam.
2. Pada kenari merah yang palsu biasanya merahnya sangat mencolok dan
tidak kelihatan alami. Hal ini biasanya ditandai dengan kulit pada
bagian bawah bulu juga ikut merah.
3. Kenari merah yang asli pasti memiliki ring yang bernomor seri tertentu di kaki kanan ataupun kiri.
Berikut cara pedagang memalsukan kenari merah :
Dengan melakukan pencelupan bulu burung pada pewarna merah sehingga
bulu-bulu burung tersebut akan kelihatan merah mengagumkan. Burung
seperti ini mudah untuk di teliti kepalsuannya, yaitu dengan
memparhatikan pada tangkai bulu (calamus)atau pada tungkai, bahkan
merahnya sampai terlalu tajam sampai-sampai kaki dan kukunya pun ikut
merah, maka dapat dipastikan warna merah pada kenari tersebut karena
proses pencelupan atau dimandikan dengan air berwarna merah.
Selain cara di atas biasanya pedagang nakal juga memakai zat kimia
seperti pemberian obat pewarna seperti bogena, pigment atau zat pewarna
lainnya dicampurkan pada makanan atau pada tepung roti telur, kemudian
diberikan pada anak-anak burung atau burung yang menjelang mabung(masa
perontokan/ganti bulu).
Untuk pemalsuan cara yang kedua ini akan sukar mengenalinya. Namun
yakinlah burung-burung seperti itu jangankan mampu menurunkan anak-anak
merah secara genetik, bahkan warna merah pada bulunya sendiri tidak akan
kekal dan tidak akan mampu dipertahankan, karena sifat burung kenari
secara alamiah ada masa-masa mabung secara periodik antara 6 - 7 bulan
sekali, sehingga keaslian bulu pada kenari akan jelas nampak pada masa
mabung, dan bulu kenari akan kembali pada bulu aslinya. Oleh karena itu
pewarnaan dengan cara-cara diatas hendaknya dihindari dan harus
ditinggalkan, karena bagaimanapun dengan perjalanan waktu, burung kenari
merah hasil celupan dan chemis pasti akan diketahui warna aslinya, dan
sudah barang tentu ini akan mengecewakan pihak lain terutama pembeli
yang merasa tertipu. Dan dampak yang paling buruk justru akan terkena
pada peternak kenari merah itu sendiri.
Kenari Merah – Saat ini
induk kenari merah asli sulit ditemui di pasaran.
.:[Close][Klik 2x]:.
Berbeda dengan kondisi sekitar 7 tahun lalu saat pertama kali muncul di
tanah air. Kenari merah asli gampang dijumpai meski harganya tinggi,
Rp5-juta-Rp6-juta per ekor,’ ujar Yafri Eko Darmojo, peternak kenari
merah di Cimahi. Kenari lain berkisar Rp50.000 per ekor.
Kenari merah menjadi populer karena keindahan warnanya. Lantaran banyak
dicari hobiis, banyak peternak memilih cara instan dan murah untuk
mencetak sosok kenari merah: memakai pigmen sintetis. Sebab itu kenari
merah asli menjadi langka karena tergusur jenis palsu. ‘Banyak hobiis
ragu membeli: apakah yang dijual itu kenari merah asli atau palsu?’ ujar
Ahmad yang pernah kecele membeli kenari palsu.
Sejatinya kenari
merah asli merupakan hibrid. Tetua kenari yang disebut red factor karena
berwarna jingga kemerahan itu adalah betina kenari kuning Serinus
canaria dan jantan finch red siskin Carduellis cucullata asal Venezuela.
‘Red siskin dipakai untuk memasukkan gen warna merah yang selama ini
tidak dimiliki kenari,’ ujar Yafri.
Kisah Sukses Peternak Kenari Merah Cimahi - Rumah berkelir merah muda di
daerah Cimahi menyisihkan tidak lebih dari 80 meter persegi yang ada di
lantai dua untuk berternak kenari, suasana riuh mulai terasa apabila
kita menginjakkan kaki di tangga menuju ke lantai dua bangunan rumah
sdr. Wiga. Kicau burung kenari merah menyergap saat pintu dibuka.Ratusan
indukan dan anakan kenari merah berkelir oranye bertengger di
sangkar-sangkar yang tersusun rapih. Berkicau tiada henti.
Rumah kenari adalah salah satu tempat rujukan para penghobi kenari merah
jenis Red Identik (RI). Spesies yang masih jarang di pasar burung
Indonesia. “Banyaknya kenari merah import, tapi 70 persen palsu,” kata
Wiga M. Anugerah pemilik Rumah Kenari. Bisnis ini sendiri sebetulnya
berawal hobi Wiga dan suaminya. Pengalaman tertipu setelah
menggelontorkan ratusan juta saat membeli kenari merah import membuat
mereka berdua mengembangkan sendiri burung asal Pulau Kanari, Samudera
Atlantik ini. “Kami memulai usaha ini sejak tahun 2003,” kata Wiga.
Perlahan tapi pasti, selama hampir 9 tahun Wiga berusaha menyilang
kenari merah agar menghasilkan induk asli. “Dulu banyak yang palsu, jadi
harus menyilang sendiri. Sekarang indukan yang ada ini sudah hasil
silang sendiri,” tutur ibu satu orang anak ini. Saat ini Rumah Kenari
memiliki 72 pasang indukan dan 200 ekor anakan. “Kalau sudah jadi
biasanya langsung terjual terus,” katanya.
Karenanya anakan kenari merah yang dikembangkan asli Rumah Kenari jadi
rujukan para penghobi. “Pembeli datang dari seluruh Indonesia,” katanya.
Dalam sebulan, Rumah Kenari bisa menghasilkan 60-80 anakan berusia 1,5
bulan. “Kalau indukan tidak kita jual,” katanya. Anakan kenari merah ini
dibandrol dengan harga yang bervariasi.dari 750 ribu sampai tiga juta
rupiah. Saking tingginya animo pembeli, Wiga mesti menerapkan sistem
indent untuk para pembeli. “Dulu baru sebulan sudah habis,” cetusnya. -
#KabarCimahi - http://kabar.cimahicybercity.com/2013/02/kisah-peternak-kenari-merah-cimahi.html
No comments:
Post a Comment